Nonton Bareng2 yuk !!!

28 Mei 2011

Apakah diri sendiri adalah musuh besar kita ?

Selama kita masih dibodohi oleh KEINGINAN-KEINGINAN yang melambung tinggi,
Selama itu pula kita tidak akan mendapatkan kebahagiaan.
Kita harus mampu menaklukkan diri sendiri,
Dari perbuatan yang menghinakan diri
Dari KEBANGGAAN SEMU dengan banyaknya harta berda
Musuh yang paling besar adalah diri kita sendiri,
Benteng hitam yang paling kokoh

MENGAPA KITA PERLU MENINGKATKAN KESADARAN DIRI ?
1. Musuh Terbesar Kita Adalah Diri Sendiri
Banyak hal yang dapat membuat kita lengah dan kurang waspada. Terjebak dalam rutinitas, berada di zona nyaman atau sikap yang terlalu bergantung pada orang lain. Hal itu membuat kita tidak siap menghadapi situasi darurat atau perubahan yang mendadak. Sebaliknya, sikap ambisi tak terkendali juga bisa membuat lupa diri dan berakibat fatal.
2. Situasi Di Sekitar Kita Berubah Setiap Saat
Kehidupan kita bagaikan orbit alam semesta. Ketika bumi berputar pada porosnya, ia juga beredar mengelilingi matahari. Hidup kita berubah, situasi di sekitar juga berubah. Hidup adalah perubahan dan hidup adalah perjuangan. Perubahan selalu membawa dinamika dan perjuangan selalu membutuhkan kewaspadaan. Perubahan bisa menjadi sebuah kemajuan, jika diwaspadai dan disikapi dengan positif. Tapi perubahan akan menjadi musuh dan penghambat bagi kita yang tidak pernah mengantisipasi dan mewaspadainya.
3. Kesadaran Diri Membangun Rasa Tanggung Jawab
Kesadaran diri berarti mengetahui dengan tepat apa yang sedang kita alami. Kesadaran diri menimbulkan respons dan sikap antisipasi. Sehingga kita mempersiapkan diri dengan baik menghadapi situasi yang sedang dan yang akan terjadi. Kesadaran diri secara positif membangun sikap tanggung jawab dalam diri kita. Hanya seorang yang bersedia mengambil tanggung jawablah yang mampu memenangkan peperangan.

BAGAIMANA CARA MENINGKATKAN KESADARAN DIRI ?
1. Mengenali kekuatan dan kelemahan pribadi.
2. Melatih kepekaan untuk memahami situasi.
3. Belajar berkonsentrasi dan bersikap fokus.
4. Selalu mengevaluasi diri dan kondisi di sekitar kita.
5. Memiliki nilai-nilai pribadi sebagai tolak ukur kehidupan.

Orang bisa terbelenggu oleh dirinya sendiri. Sifat pemalas, pikiran kacau, tidak bisa mengendalikan hawa nafsu, segera puas dengan keadaan yang ada, maka semua itu adalah pembelenggu dirinya sendiri. Penyandang sifat malas atau selalu mengikuti hawa nafsu, belum tentu dirinya menyadari atau tahu akan keadaannya itu. Orang semacam itu disebut dalam al Qurán sedang berselimut atau tertutup oleh hijab. Al Qurán menyebutnya dengan istilah al mutdatsir.

Memang agaknya aneh, terhadap dirinya sendiri saja tidak semua orang berhasil mengetahuinya. Atau memang semua orang begitu. Dalam bahasa sehari-hari orang demikian disebut sebagai tidak tahu diri. Sebutan itu didengar tidak mengenakkan. Tetapi, itulah keadaannya. Banyak orang merasa mampu, padahal hakeketnya tidak. Orang merasa cakap, padahal jika diberi tanggung jawab tidak bisa menyelesaikannya. Merasa sanggup tetapi selalu gugup. Merasa pintar, tetapi selalu lambat berpikir. Memang banyak orang kritis terhadap orang lain, tetapi tidak demikian pada dirinya sendiri.

Semua hal tersebut adalah bagian dari belenggu-belenggu kehidupan. Namun, tidak semua orang tahu dan menyadarinya. Tidak semua orang tahu bahwa dirinya serba berkekurangan, terbatas, dan bahkan juga menderita. Seseorang tahu bahwa dirinya miskin, tatkala melihat orang kaya. Juga seseorang baru mengetahui bahwa dirinya bodoh, tatkala melihat orang lain telah mengalami kemajuan. Bahkan, banyak orang tidak merasa bahwa dirinya sedang dalam keadaan terbelenggu. Orang yang memiliki pengetahuan terbatas, hubungan dan juga pengalaman terbatas pula, maka tidak akan mengerti akan keadaan dirinya.

Orang yang hidup di hutan, yang tidak memiliki hubungan dengan orang lain yang sudah maju, maka tidak akan merasa bahwa hidupnya tertinggal dari masyarakat lainnya. Sekalipun hidup miskin dan serba kekurangan, maka seseorang tidak mengerti akan kekurangan dan keterbatasannya itu. Mereka baru tahu dan sadar atas keadaannya itu setelah membandingkannya dengan keadaan orang lain yang lebih maju.

Itulah pentingnya melihat atau bersilaturrahmi dengan orang lain. Dengan bertemu dan saling berkomunikasi, maka akan saling mengenal. Mereka akan saling tukar pikiran, atau saling membandingkan, dan akhirnya muncul keinginan untuk berbuat hal yang sama. Orang pada umumnya mudah untuk meniru, sekalipun kadang sulit diajak berpikir.

0 komentar:

Posting Komentar

Terimakasih atas komentarnya ! semoga postingannya bermanfaat untuk anda

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More