Featured

Ketika seseorang hanya diam atas pertanyaanmu, itu karena mereka sulit mengakuinya atau karena terlalu sakit tuk kamu tahu.

Featured

Jika kita mencoba melakukan yang lebih baik daripada yang kita pikir bisa kita lakukan, kita akan terkejut bahwa sebenarnya kita bisa melakukan hal itu.

Featured

Terkadang, seseorang lebih memilih tuk tersenyum, hanya karena tak ingin menjelaskan mengapa dia bersedih.

Featured

Jangan remehkan hal-hal sepele. Sebab, dari sinilah hal-hal besar biasanya terwujud.Menjadi sabar dan ikhlas memang tak mudah, tapi itu harus. Belajarlah untuk menerima arti kehilangan dan penantian.

Featured

Sulit tuk ucapkan selamat tinggal pada dia yg kamu cinta, tapi lebih sulit lagi ketika kenangan bersamanya tak hilang begitu saja.

Nonton Bareng2 yuk !!!

12 Jan 2010

2 Jan 2010

Konflik Sains dan Agama Masih Berlangsung

Konflik antara sains dan agama masih terus berlangsung. Bagi pemeluk agama, konflik antar keduanya mengakibatkan adanya jurang antara keyakinan yang dianutnya dan sains yang dipelajarinya. Yang kemudian timbul adalah kegelisahan. Dampak nyata perseteruan ini adalah terciptanya sains yang tak dilandasi moral keagamaan. Akibatnya, terjadi krisis lingkungan yang diusung sains dan teknologi terutama di negara-negara yang tengah membangun. Pandangan demikian terungkap dalam jumpa pers ``Konferensi Internasional Agama dan Sains di Dunia Paska Kolonial`` yang digelar Pusat Kajian Agama dan Lintas Budaya Universitas Gajah Mada (PKALB-UGM), di Jakarta, kemarin. Menurut Dr Karlina Leksono salah satu pembicara di konferensi tersebut, perseteruan antara kedua kutub ini menciptakan semacam dikotomi antara sains dan agama. ``Ada semacam kebingungan yang berangkat dari konflik tersebut. Padahal agama dan sains sesungguhnya sama-sama tercipta demi kebaikan manusia,`` tuturnya. Menurut dia, benih perseteruan ini terjadi akibat mis-interpretasi antara sains dan agama dalam memandang persoalan. Sejarah mencatat, peristiwa kematian Galileo Galilei misalnya, seolah menandai babak baru perang antara sains dan agama. Disusul terbitnya teori Darwin yang tak ayal menghentakkan keyakinan beragama. Malahan, hingga kini teori Darwin seakan menjadi semacam ikon perseteruan antara sains dan agama. Contoh kecil yang dipicu oleh teori kontroversial itu, kata Karlina, misalnya nampak dalam dunia pendidikan. ``Seperti, apakah kita layak mengajarkan teori tersebut ke anak-anak didik,`` ungkapnya. Karenanya, sambung Karlina lagi, kita perlu mengkaji secara serius hubungan antara keduanya.`` Apalagi sains berkembang sangat cepat, lalu bagaimana interpretasi agama bisa mengejar percepatan sains itu,`` tandasnya. Terkait dengan perseteruan sains dan agama, pada 2 hingga 5 Januari 2003 mendatang belasan pakar kelas dunia dari dalam dan luar negeri bakal bertemu dalam ``Konferensi Internasional Agama dan Sains dalam Dunia paska Kolonial`` di Yogyakarta. Acara yang digelar PKALB-UGM ini antara lain menghadirkan Dr Bruno Guiderdoni, Dr Mehdi Golshani, Dr Philip Cayton, Dr Abdul Karim Soroush, Dr Karlina Leksono, Dr Ziauddin Sardar, Dr Nurcholis Madjid, Dr Steve Fueller, Dr Mahmoud Ayyub dan lain-lain. Menurut Prof Ahmad Mursyidi, Direktur Program Perbandingan Agama paska Sarjana UGM, wacana perseteruan antara sains dan agama sangat nampak dalam agama Islam dan Kristen. Perbedaan interpretasi antara sains dan agama, dalam konteks muslim misalnya telah menelurkan ide islamisasi ilmu pengetahuan. ``Ide yang digagas oleh Prof Harun Yahya ini merupakan respon agama terhadap teori-teori ilmiah,``tuturnya. Karenanya, kata dia, ada suatu yang nampak plural dalam perseteruan antara sains dan agama. Sebetulnya, ini tidak semata terjadi pada kedua agama tadi saja namun lintas agama dan budaya. ``Di Amerika Serikat dan Inggris wacana perseteruan sains dan agama telah berkembang pesat dalam 10 tahun ke belakang,`` ungkapnya. Ini terkait pemahaman baru tentang sains yang berkembang di negara-negara tersebut sekaligus pemahaman yang baru tentang agama. Di Indonesia sendiri, kata dia, pembicaraan sains dan agama tak berkembang. Tentunya, kata dia lagi, ada tantangan khas mengenai perseteruan antara sains dan agama yang terjadi di negara-negara tengah membangun seperti Indonesia. ``Isu-isu yang terjadi akan sangat berbeda dengan yang terjadi di negara Amerika Serikat yang sudah maju misalnya,`` ujar dia seraya menandaskan isu-isu kerusakan lingkungan serta efek globalisasi masih mendominasi sebagai buah sains dan teknologi di negara-negara berkembang. (Republika)

Lagu Request " WALI BAND "

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More