Featured

Ketika seseorang hanya diam atas pertanyaanmu, itu karena mereka sulit mengakuinya atau karena terlalu sakit tuk kamu tahu.

Featured

Jika kita mencoba melakukan yang lebih baik daripada yang kita pikir bisa kita lakukan, kita akan terkejut bahwa sebenarnya kita bisa melakukan hal itu.

Featured

Terkadang, seseorang lebih memilih tuk tersenyum, hanya karena tak ingin menjelaskan mengapa dia bersedih.

Featured

Jangan remehkan hal-hal sepele. Sebab, dari sinilah hal-hal besar biasanya terwujud.Menjadi sabar dan ikhlas memang tak mudah, tapi itu harus. Belajarlah untuk menerima arti kehilangan dan penantian.

Featured

Sulit tuk ucapkan selamat tinggal pada dia yg kamu cinta, tapi lebih sulit lagi ketika kenangan bersamanya tak hilang begitu saja.

Nonton Bareng2 yuk !!!

11 Mar 2012

TAK ADA KEBAJIKAN YANG TAK KEMBALI

Suatu hari, seorang anak lelaki miskin yang hidup dari menjual asongan dari pintu ke pintu, menemukan bahwa dikantongnya hanya tersisa beberapa sen uangnya, dan dia sangat lapar.

Anak lelaki tersebut memutuskan untuk meminta makanan dari rumah berikutnya. Akan tetapi anak itu kehilangan keberanian saat seorang wanita muda membuka pintu rumah. Anak itu tidak jadi meminta makanan, ia hanya berani meminta segelas air. Wanita muda tersebut melihat, dan berpikir bahwa anak lelaki tersebut pastilah sedang kelaparan, oleh karena itu ia membawakan segelas air susu.

Anak lelaki itu meminumnya dengan lambat, dan kemudian bertanya, “Berapa saya harus membayar untuk segelas air susu ini?”

Wanita itu menjawab, “Kamu tidak perlu membayar apapun”. “Ibu kami mengajarkan untuk tidak menerima bayaran untuk kebaikan”, kata wanita itu menambahkan.

Anak lelaki itu kemudian menghabiskan susunya dan berkata, “ aku berterima kasih pada ibu, dan akan kusimpan terima kasihku ini sepanjang hidupku.”

Sekian tahun kemudian, wanita muda tersebut mengalami sakit yang sangat kritis. Para dokter dikota itu sudah tidak sanggup menanganinya. Mereka akhirnya mengirimnya ke kota besar, dimana terdapat dokter spesialis yang mampu menangani penyakit langka tersebut. Dr. Horward Kelly dipanggil untuk melakukan pemeriksaan. Pada saat ia mendengar nama kota asal si wanita tersebut, terbersit seberkas pancaran aneh pada mata dokter Kelly.

Segera ia bangkit dan bergegas turun melalui hall rumah sakit, menuju kamar si wanita tersebut. Dan berpakaian jubah kedokteran ia menemui si wanita itu. Ia langsung mengenali wanita itu pada sekali pandang. Ia kemudian kembali keruang konsultasi dan memutuskan untuk melakukan upaya terbaik untuk menyelamatkan nyawa wanita itu. Mulai hari itu, Ia selalu memberikan perhatian khusus pada kasus wanita itu. Setelah melalui perjuangan yang panjang, akhirnya diperoleh kemenangan.. ..Wanita itu sembuh!!

Dr. Kelly meminta bagian keuangan rumah sakit untuk mengirimkan seluruh tagihan biaya pengobatan kepadanya untuk persetujuan. Dr. Kelly melihatnya, dan menuliskan sesuatu pada pojok atas lembar tagihan, dan kemudian mengirimkannya ke kamar pasien.

Wanita itu takut untuk membuka tagihan tersebut, ia sangat yakin bahwa Ia tak akan mampu menbayar tagihan tesebut walaupun harus dicicil seumur hidupnya. Akhirnya Ia memberanikan diri untuk membaca tagihan tersebut, dan ada sesuatu yang menarik perhatiannya pada pojok atas lembar tagihan tersebut. Ia membaca tulisan yang berbunyi..”Telah dibayar lunas dengan segelas air susu!!” tertanda, Dr Horward Kelly.

Air mata kebahagian membanjiri matanya. Ia berdoa: “Ya Allah….Engkau Maha Pengasih, terima kasih, bahwa cintaMU telah memenuhi seluruh bumi melalui hati dan tangan manusia.”

Bersyukur atas nikmat allah

mengapa kita harus banyak melirik apa yang orang lain miliki ? Allah Tahu Apa Yang Kita Butuh kita Saat ini,...besyukur adalah kuncinya

Di Karangayu, sebuah desa di Kendal, Jawa Tengah, hiduplah seorang ibu penjual tempe.

Tak ada pekerjaan lain yang dapat dia lakukan sebagai penyambung hidup.

Meski demikian, nyaris tak pernah lahir keluhan dari bibirnya. Ia jalani hidup dengan riang. "Jika tempe ini yang nanti mengantarku ke surga, kenapa aku harus menyesalinya. .." demikian dia selalu memaknai hidupnya.

Suatu pagi, setelah salat subuh, dia pun berkemas. Mengambil keranjang bambu tempat tempe, dia berjalan ke dapur. Diambilnya tempe-tempe yang dia letakkan di atas meja panjang. Tapi, deg! dadanya gemuruh.Tempe yang akan dia jual, ternyata belum jadi. Masih berupa kacang kedelai, sebagian berderai, belum disatukan ikatan-ikatan putih kapas dari peragian.

Tempe itu masih harus menunggu satu hari lagi untuk jadi. Tubuhnya lemas. Dia bayangkan, hari ini pasti dia tidak akan mendapatkan uang, untuk makan, dan modal membeli kacang kedelai, yang akan dia olah kembali menjadi tempe.

Di tengah putus asa,terbersit harapan di dadanya. Dia tahu, jika meminta kepada Allah, pasti tak akan ada yang mustahil. Maka, di tengadahkan kepala, dia angkat tangan, dia baca doa. "Ya Allah, Engkau tahu kesulitanku. Aku tahu Engkau pasti menyayangi hamba-Mu yang hina ini.

Bantulah aku ya Allah, jadikanlah kedelai ini menjadi tempe. Hanya kepada-Mu kuserahkan nasibku..." Dalam hati, dia yakin, Allah akan mengabulkan doanya.

Dengan tenang, dia tekan dan mampatkan daun pembungkus tempe. Dia rasakan hangat yang menjalari daun itu. Proses peragian memang masih berlangsung. Dadanya gemuruh. Dan pelan, dia buka daun pembungkus tempe. Dan ternyata….. tempe itu masih belum juga berubah. Kacang kedelainya belum semua menyatu oleh kapas-kapas ragi putih. Tapi, dengan memaksa senyum, dia berdiri. Dia yakin, Allah pasti sedang "memproses" doanya dan tempe itu pasti akan jadi.

Dia yakin, Allah tidak akan menyengsarakan hambaNYA yang setia menghiba kepadaNYA. Sambil meletakkan semua tempe setengah jadi itu ke dalam keranjang,dia berdoa lagi. "Ya Allah, aku tahu tak pernah ada yang mustahil bagi-Mu. Engkau Maha Tahu, bahwa tak ada yang bisa aku lakukan selain berjualan tempe. Karena itu ya Allah, jadikanlah.Bantulah aku, kabulkan doaku..."

Sebelum mengunci pintu dan berjalan menuju pasar, dia buka lagi daun pembungkus tempe. Pasti telah jadi sekarang, batinnya. Dengan berdebar, dia intip dari daun itu, dan... belum jadi juga ternyata.

Kacang kedelai itu belum sepenuhnya memutih. Tak ada perubahan apa pun atas ragian kacang kedelai tersebut. "Keajaiban Allah akan datang.... pasti," yakinnya.

Dia pun berjalan ke pasar. Di sepanjang perjalanan itu, dia yakin, "Tangan" Allah tengah bekerja untuk mematangkan proses peragian atas tempe-tempenya. Berkali-kali dia dia memanjatkan doa... berkali-kali dia yakinkan diri, Allah pasti mengabulkan doanya.

Sampai di pasar, di tempat dia biasa berjualan, dia letakkan keranjang-keranjang itu. "Pasti sekarang telah jadi tempe!" batinnya. Dengan berdebar, dia buka daun pembungkus tempe itu, pelan-pelan. Dan... dia terkaget ternyata tempe itu masih tak ada perubahan. Masih sama seperti ketika pertama kali dia buka di dapur tadi.

Air mata menitiki keriput pipinya. Kenapa doaku belum dikabulkan? Kenapa tempe ini tidak jadi? Apakah Allah ingin melihat aku menderita? Mungkin aku banyak kesalahan? Demikian batinnya berkecamuk.

Dengan lemas, dia gelar tempe-tempe setengah jadi itu di atas plastik yang telah dia sediakan. Tangannya lemas, keyakinannya memudar mungkin tak akan ada yang mau membeli tempenya itu. Dan dia tiba-tiba merasa lapar... merasa sendirian. Apakah Allah telah meninggalkan aku , batinnya.



Airmatanya kian menitik. Terbayang esok dia tak dapat berjualan... esok dia pun tak akan dapat makan. Dilihatnya kesibukan pasar, orang yang lalu lalang, dan "teman-temannya" sesama penjual tempe di sisi kanan dagangannya yang mulai berkemas. Dianggukinya mereka yang pamit, karena tempenya telah laku. Kesedihannya mulai memuncak. Diingatnya, tak pernah dia mengalami kejadian ini. Tak pernah tempenya tak jadi. Tangisnya kian gemuruh. Dia merasa cobaan itu terasa berat...

Di tengah kesedihan itu, sebuah tepukan menyinggahi pundaknya. dia memalingkan wajah, seorang perempuan cantik, paro baya, tengah tersenyum, memandangnya. "Maaf Ibu, apa ibu punya tempe yang setengah jadi? Capek saya sejak pagi mencari-cari di pasar ini, tak ada yang menjualnya. Ibu punya?"

Penjual tempe itu bengong. Terkesima. Tiba-tiba wajahnya pucat. Tanpa menjawab pertanyaan si ibu cantik tadi, dia cepat menadahkan tangan. "Ya Allah, saat ini aku tidak ingin tempe itu jadi. Jangan engkau kabulkan doaku yang tadi. Biarkan sajalah tempe itu seperti tadi, jangan jadikan tempe..." Lalu segera dia mengambil tempenya. Tapi, setengah ragu, dia letakkan lagi. "jangan-jangan, sekarang sudah jadi tempe..."



"Bagaimana Bu? Apa ibu menjual tempe setengah jadi?" tanya perempuan itu lagi.

Kepanikan melandanya lagi. "Duh Gusti... bagaimana ini? Tolonglah ya Allah, jangan jadikan tempe ya?" ucapnya berkali-kali. Dan dengan gemetar, dia buka pelan-pelan daun pembungkus tempe itu. Dan apa yang dia lihat, sahabat?? Di balik daun yang hangat itu, dia lihat tempe yang masih sama. Belum jadi! "Alhamdulillah!" pekiknya, tanpa sadar. Segera dia angsurkan tempe itu kepada si pembeli.

Sembari membungkus, dia pun bertanya kepada si ibu cantik itu. "Kok Ibu aneh ya, mencari tempe kok yang belum jadi?"

"Oohh, bukan begitu, Bu. Anak saya, si Shalauddin, yang kuliah S2 di Australia

ingin sekali makan tempe, asli buatan sini. Nah, agar bisa sampai sana belum busuk, saya pun mencari tempe yang belum jadi. Jadi, saat saya bawa besok, sampai sana masih layak dimakan. Oh ya, jadi semuanya berapa, Bu?". Tempe-tempe itupun diborong habis oleh si ibu cantik tadi.

Sahabat, begitulah sekilas kehidupan orang yang lemah, setelah upaya maksimal sudah sesuai dengan prosedur maka senjata pamungkasnya adalah DOA, karena merasa tak ada lagi kekuatan yang mampu menolongnya kecuali kekuatan Allah yang Maha Bisa.

Yakinlah kita bahwa Allah selalu memihak orang-orang yang lemah, terjepit, dan teraniaya, akankah kita tidak memihak mereka ? bukankah Allah menjanjikan berbagai kemudahan di Dunia dan Akhirat ketika kita memihak mereka ?

8 Mar 2012

Lika-liku hidup

setiap orang mempunyai perjalanan hidup yang telah digaris Allah,..akan kah hidup ini di sia-siakan betapa menyesalnya di akhirat kelak apabila kita mempunyai amal yang sekit dicerikan bahwa seseorang yang mempunyai amal yang banyak pun menyesal seraya mereka berkata "andaikan aku dikembalikan lagi kebumi akan aku pergunakan untuk beribadah kepada allah ? "

tetapi memang hidup ini banyak tantangan dan rintangan ( ujian bagi orang yang beriman kepada allah ) kadang hidup mereka sulit ekonomi yang membuatnya tidak bersemangat, minder kadang kala bergaul dengan orang lain walaupun segala sesuatu dapat ditangani tetapi naruri manusia merasakan seperti itu. rintangan tidak hanya tertimpa pada orang tua sejak kecil pun manusia sudah sudah menerimanya baik kehidupannya dengan keadaan orang tua yang serba kekurangan ( dari segi materi ) sehingga pendidikan anakpun kurang terperihatikan sebagaimana layaknya bagi anak yang mempunyai keinginan akan pendidikan ia akan terus berjuang untuk mencapai apa yang ia harapkan, selapas dari masalah itu masuk ke dunia pekerjaan banyak kritik,dianggap remeh, dipecat dll. ternyata cobaan ini ini bervariasi terhadap setiap orang ada yang usianya sudah melebihi masa rumah tangga tapi belum juga dapat jodoh,.. berusaha hanya tinggal kenangan apalah daya putus di tengah jalan kadang muncul di benak dihati seseorang "hidup ini sudah cape begini salah begitu salah mendingan mati aja jelas gak harus ngapa-ngapain? " bila semua masalah dihadapi dengan penuh kesadaran dan keimanan kepada allah maka akan terus bersyukur terhadap apa yang allah limpahkan kepada kita,...



3 Mar 2012

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More